Selasa, 16 Februari 2010

Kesibukan Pagi itu

Ku buka mata yang telah tertutup selama 8 jam. Pagi ini adalah awal dari masa depanku. Ku coba menghirup udara pedesaan yang sejuk itu. Lalu, ku ulangi sekali lagi. Ku mencoba menikmati waktu yang singkat ini.
Ibuku tampak sibuk membereskan barang – barangku. Tampak segurat kedihan di wajahnya. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Aku lihat dua bola matanya. Matanya tampak merah, ada air yang berlinang disana. Aku segera berlari menuju kamar mandi. Aku tak sanggup melihat air itu jatuh.
Seusai mandi aku langsung sarapan. Masakan Ibu pagi ini terasa sangat enak. Padahal menu ini sudah sangat biasa di lidahku. Sudah terlalu sering Ibu memasak makanan kesukaanku. Pagi ini terasa sangat berbeda. Aku merasa baru kali ini Ibu memasak makanan ini.
Ku santap makanan dengan lahap. Namun, perutku tak menerima dengan baik. Di dalam tenggorokanku ada yang tersekat. Mataku tiba – tiba terasa perih. Aku menjadi sedih. Kenapa aku harus sedih? Bukankah aku senang karena makanannya sangat enak.
Ibu hanya melihatku. Tak disentuhnya makanan yang ada di depannya. Aku menyuruh Ibu makan. Aku membuat lelucon untuk menutupi rasa sedihku. Ibu pun akhirnya makan. Senang sekali hatiku. Semuanya bercampur seperti makanan yang ada dalam lambungku.
Adikku sedari tadi hanya diam. Dia biasanya sangat lincah. Dia tidak tertawa saat aku membuat lelucon. Apa adikku mengerti bahwa aku akan pergi? Diakan masih kecil. Tidak mungkin dia mengerti. Dia hanya terbawa suasana pikirku.
Ayah terlihat paling sibuk. Dari tadi dia mondar – mandir mengurus surat – menyurat yang kubutuhkan nanti. Begitulah kesibukan di pagi itu.
Terima kasih orangtuaku. Kalian adalah orang yang paling berjasa dalam hidupku.

Tidak ada komentar: