Jumat, 20 April 2012

^_^

Entah kenapa belakangan ini rasanya susah banget buat nulis. Ada banyak hal yang mau ditulis tapi waktu udah mau nulis, beehh... Semuanya hilang ga tau kemana. Padahal dulu ga punya ide apa-apa tapi tetep aja ngotot buat nulis. Mmmmmm...... Kemarin rasanya berat banget. Kayak lagi bawa apa gitu. Pengennya nangis terus tapi air matanya kok malah ga mau keluar ya? #Bingung Aku bingung dengan kehidupan ini. Terkadang kita merasa ga membutuhkan sesuatu tapi sesuatu itu kita dapatkan dengan mudah. Upz, salah. Maksudnya pengen tapi ga terlalu berharap gitu. Kalo dapat ya Alhamdulillah, kalo ga dapat ya Alhamdulillah juga. Hehe, ^^ Kemarin sempat pengen sesuatu banget. Berharap banget untuk mendapatkan sesuatu itu. Lho, dari tadi perasaan bahas sesuatu terus. Ntar malah dibilang plagiat Syahrini lagi. Pinjam istilahnya y mba Syahrini. Tu kan? Jadi ga konsisten ma tulisannya. Niatnya mau nulis apa, yang ditulis malah apa. Aduh, pusing... Gini, kemarin aku pengen banget sesuatu itu. Untuk mendapatkannya pun aku rasanya sudah berusaha banget. Ya sih, belum sepenuhnya maksimal. Tapi kalau dibandingin sama tahun kemarin rasanya sudah maksimal banget. Hasilnya? Tahun ini AKU GAGAL. Huhu, kasian banget ya. Padahal tahun kemarin usahanya belum seberapa tapi dapat hasil yang lumayan. Tahun ini, entahlah. Masih banyak hal yang harus aku perbaiki. Aku harus lebih giat lagi. Selesai seleksi kemarin rasanya tu ga karuan. Kalau inget soalnya kayak apa, rasanya pesimis buat lolos. Soalnya tu kok beda gimana gitu. Kaget aja liat soalnya. Tapi aku pengen banget lolos. Waktu nunggu pengumumannya keluar, aku sempat bilang sama sahabat aku “Aku bakal terima apapun hasilnya nanti, karena itu adalah yang terbaik”. Tapi setelah tau hasilnya dan aku gak lolos, mmm... rasanya tu campur aduk. Di satu sisi aku terima bahwa ini adalah yang terbaik. Tapi di sisi lain, aduh rasanya sedih gimana gitu. Kebayang ga sih rasanya tu gimana? Pokoknya super duper galau. Teringat banyak hal. Banyak penyesalan yang muncul. Kalau teringat ucapan sahabat, jadi malu rasanya. Mereka bilang, “Kamu bakalan lolos, percaya deh!”. Mereka kok yakin banget ya? Aku cuma bisa bilang “Amiiinnn...”. Tapi makasih banget buat sahabat aku. Mereka ga nertawain kegagalan aku kok. Mereka kasih aku semangat, mereka tetap dukung aku. Mereka memberi aku sebuah kekuatan. Mereka mengajarkan aku untuk ikhlas. Terus jadi keinget ortu. Sempat terbayang nelpon ortu dan kasih kabar gembira kalau aku lolos. Itu cuma bayangan aja. Sempat sedih juga liat ekspresi teman yang lolos. Kayaknya ortunya senang banget waktu tahu dia lolos. Ya iyalah, ortu mana yang ga bahagia melihat keberhasilan yang dicapai anaknya. Lho? Kok malah jadi sedih? Seharusnya aku ikut senang melihat keberhasilan mereka. Tapi jadi terharu waktu dapat sms dari seorang sahabat, “Ada banyak cara untuk membahagiakan orang tua”. Banyak hikmah yang aku dapatkan dari kegagalan ini. Terima kasih Ya Allah. Engkau telah mengajarkan aku untuk bersabar dan menerima semua ini penuh keikhlasan. Aku yakin bahwa ini memang yang terbaik yang Engkau berikan. ^_^

Jumat, 06 April 2012

Benci itu Peduli, Kawan!

Bagaimana perasaanmu saat kamu mengetahui bahwa banyak orang yang membencimu? Bahwa ternyata selama ini mereka tidak menginginkan kehadiranmu? Setiap kata yang keluar dari mulutmu, setiap langkah kakimu, setiap prestasimu, apapun yang ada dalam dirimu, mereka benci itu. Bukankah itu menyakitkan kawan? Namun, pernah gak kamu berpikir bahwa dia membencimu karena ia peduli kepadamu?
Ada dialog ni, baca saja ya!
A : “Bagaimana bisa kamu membenci seseorang dengan sebegitu bencinya?”
B : “Karena aku peduli dia!”.
A : “Jika kamu peduli kenapa yang tampak justru kebencian?”
B : “Tidak, aku tidak pernah membencinya. Aku hanya terlalu peduli dia”.
A : “Lalu, kenapa kamu menghujatnya sedemikian rupa? Apakah ia tidak pernah melakukan kebaikan kepadamu?”
B : “Pernah, tapi aku hanya ingin dia lebih baik. Aku ingin kebaikan yang dia lakukan itu berkelanjutan”.
A : “Ooo, jadi itu yang membuatmu benci dia?”
B : “Iya, aku hanya tidak nyaman melihat dia melakukan kesalahan jadi aku menghujatnya.”
A : “Bukankah itu akan membuat dia sedih dan terluka mendengar kata-kata hujatanmu itu?”
B : “Memang benar. Tapi menurutku dia akan berubah setelah mendengar hujatan itu. Dia akan memperbaiki sikapnya.”
A : “Jadi sebenarnya kamu tidak membenci dia? Jadi selama ini kamu peduli dia?”
B : “Iya! ”
Bukankah kebencian itu bentuk lain dari kepedulian kawan? Bukankah karena kamu peduli kepadanya sehingga kamu membencinya? Jika selama ini kamu tidak memperhatikannya, tidak pernah peduli akan sikapnya, kamu tidak akan pernah membencinya kawan. Bukankah begitu kawan?
Lalu kenapa kamu harus terluka kawan? Dia tidak membencimu tapi ia peduli kepadamu. Bersyukurlah ada orang yang membencimu kawan. Kepedulian itu bisa berwujud apapun bukan? Seorang ayah tidak akan memarahi anaknya jika ia tidak peduli, kawan.

*Saya hanya ingin lebih memaknai hidup ini. Saya hanya sedang belajar untuk bersyukur. Bersyukur karena ada orang yang membenci saya. Terima kasih karena telah membenci saya, karena itu mengajarkan saya banyak hal. Saya akan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi.

Rabu, 07 Maret 2012

Kekalahan atau kemenangan?

Kekalahan dan kemenangan adalah dua hal yang selalu ada dalam setiap pertandingan dan perlombaan. Namun, kita hanya akan memperoleh satu hal, yaitu kemenangan atau kekalahan!
Apabila kita mendapatkan kemenangan, sudahkah kita bersyukur kepada Tuhan Sang Pencipta? Bukankah itu nikmat yang ia berikan? Tidakkah kita ingat bahwa ini karena kehendak-Nya. Tanpa izin darinya kita tidak akan mendapatkan apa-apa.
Lalu, saat kita memperoleh kekalahan. Pantaskah kita menyalahkan-Nya? Tidakkah kita intropeksi diri? Sudah sampai mana usaha yang kita lakukan? Sudahkah kita melakukan usaha yang maksimal? Sudahkah kita berserah diri kepada-Nya?
Saya ingin berbagi tentang sebuah kisah. Dia begitu angkuh dan sombong. Namun, ia tidak pernah menyadari keangkuhannya. Di saat ia mendapatkan kemenangan, ia lantas begembira. Lalu, apakah dia bersyukur? Entahlah!
Namun, pada suatu hari ia bertemu dan berkenalan dengan yang namanya "Kekalahan". Apa yang terjadi kemudian? Dia tampak sangat bersedih. Namun, tidakkah ia mendekatkan diri kepada-Nya? Ia malah membenci orang yang memperoleh kemenangan. Bahkan ia tidak mau mengulurkan tangan untuk mengucapkan selamat. Tidakkah ia membuka mata bahwa masih ada langit di atas langit? Bukankah ini teguran untuknya?
Terkadang kekalahan yang kita dapatkan merupakan teguran dari-Nya. Segeralah mendekatkan diri kita kepada-Nya, baik itu saat mendapatkan kemenangan ataupun kekalahan. Berdo'alah kepada-Nya supaya kemenangan yang kita dapatkan menjadikan kita kufur atas nikmatnya. Dan janganlah kekalahan membuat kita membenci-Nya.
Semoga kita termasuk orang yang bersyukur! Amiiiinnnn.........

Selasa, 14 Februari 2012

Izinkanlah

Saat malam mulai larut, muncul rasa lelah akan rutinitas yang telah ku jalani. Namun, ada rasa kecewa terhadap hari ini. Karena aku belum melakukan apa-apa. Aku hanya sibuk dengan rutinitas yang tidak ku maknai. Semuanya berjalan begitu saja tanpa aku pahami. Terkadang aku lupa bersyukur akan nikmat yang ku terima hari ini. Aku hanya mengeluh akan rasa jenuh yang menghampiri.
Namun di malam lain saat jiwaku tetap bergairah walau malam telah mau pergi. Aku menyusun berbagai rencana untuk mengisi rutinitas hari esok. Aku memimpikan perubahan besar dalam diriku. Semangat itu benar-benar berkobar dalam diri. Namun sayang, saat pagi datang tubuhku belum sepenuhnya berlaku seperti keinginan hatiku. Tubuhku belum sepenuhnya bekerja seperti yang ada dalam pikiranku.
Ya Allah, aku lelah dengan diriku yang tak menentu ini. Aku ingin lebih dekat kepada-Mu. Ku mohon, berikanlah aku kekuatan dalam menjalani kehidupan ini. Izinkanlah hati, pikiran, dan tubuhku sejalan untuk mengubah diriku. Agar aku tak lagi lupa Engkau, Ya Allah. Agar aku tidak lagi jenuh dengan rutinitasku. Agar aku lebih memaknai dan mensyukuri nikmat-Mu.